Jelaskan8 mata pencaharian masyarakat melayu riau. Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam
MataPelajaran: Budaya Melayu Riau Satuan Pendidikan: SD/MI Kelas/Semester: IV/Ganjil Tahun Pelajaran: 2021/2022. TUJUAN PEMBELAJARAN. Mengetahui ekologi fisik alam Riau; Memahami fungsi ekologi sungai, suak dan rawa-rawa di Riau; Memahami fungsi dan manfaat sungai, suak dan rawa bagi makhluk hidup di Riau; Mampu mendiskusikan ekologi fisik
Apabiladi daerah yang beradat Melayu dijumpai pemimpin negeri dengan pangkat dan sebutan Datuk maka di daerah yang berada di Minangkabau juga ditemukan pemimpin masyarakat yang bergelar Datuk akan tetapi pengertiannya pun lain dengan yang terdapat dalam masyarakat melayu. Sekian informasi mengenai Riau, Sistem mata pencaharian provinsi Riau.
SUSURIJUGA: Sastra dan Sastra Melayu Riau. Dalam membuka hutan, unsur tradisi yang berkenaan dengan kebersamaan diberlakukan. Membuka hutan, dilakukan secara bergotong-royong ( piaghi ). Nilai saling membantu dan memberi terwujud pula dalam upacara membuka hutan. Misalnya, dalam memeroleh bibit (tampang) tanaman yang akan ditanam juga
Ada8 macam mata pencaharian tradisional orang Melayu di Riau: 1. Berkebun, yakni membuat kebun kelapa dan kebun getah. 2. Beladang, yakni menanam padi dan sayuran. 3. Beternak, yakni memelihara ayam, itik, kambing, sapi dan kerbau. 4. Bertukang, yaitu membuat bermacam barang dan bangunan.
MasyarakatMelayu juga menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini masih ada dan berlanjut sampai sekarang. Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari.
. SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP MASYARAKAT MELAYU RIAU Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran mixed farming. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar negeri. SISTEM TEKNOLOGI PERLENGKAPAN HIDUP Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara untuk memenuhi keperluan hidup. Artinya sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah menguasai teknologi. Teknologi ini diklasifikasi menjadi teknologi pertanian, pernikahan, peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Sistem teknologi yang dikuasai orang melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya. Orang Melayu juga tidak tertutup terhadap perubahan teknologi yang menguntungkan dan menyelamatkan mereka. Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal Masher, 1970127, yaitu cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam kehidupannya. Teknologi terutama terlihat dalam pendayagunaan potensi sumber daya yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu, teknologi merupakan satu diantara sekian banyak hasil budaya manusia dan merupakan cermin daya kreatif dalam memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pada dasarnya keluarga masyarakat Melayu sejak zaman bahari telah melakukan beragam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Melayu juga memiliki dan menguasai bermacam-macam teknologi, mulai dari teknologi yang menghasilkan makanan dan tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi pertanian, berburu yang berkembang menjadi usaha peternakan, menangkap ikan yang berkembang menjadi usaha perikanan dengan berbagai teknologi penangkapan yang dipakai, serta cara mengangkut hasil-hasil usaha yang disebutkan diatas. Teknologi yang dikuasai masyarakat Melayu Riau antara lain membuat rumah dan atapnya yang terbuat dari daun-daunan, maupun membuat sejenis keranjang untuk mengangkut hasil pertanian yang bentuk dan jenisnya beragam. Masyarakat Melayu juga menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini masih ada dan berlanjut sampai sekarang. Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi mata pencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu mata pencaharian , sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis teknologi. Keragaman mata pencaharian masyarakat Melayu dibagian daratan Sumatera Riau Daratan dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat. Setiap jenis mata pencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunannya akan menampakkan teknologinya. Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumberdaya yang akan di olah, sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang sama, tapi teknologi tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan mudah diterapkan , seperti teknologi dalam pertanian. Alat-alat pertanian Pada dasarnya pertanian didaerah ini adalah pertanian dengan sistem ladang. Disamping itu ada pula usaha perkebunan karet rakyat. Alat-alat yang digunakan untuk perladangan ini sangatlah sederhananya, terdiri dari beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau ani-ani, bakul, lesung, dan antan alu, dan nyiru tampah. Pertanian dengan sistem ladang ini, cara pengolahan tanahnya sangat sederhana, tidak memerlukan cangkol atau pacul. Hutan yang dianggap subur, ditebang dengan menggunakan beliung dan parang. Pohon yang besar-besar ditebang dan setelah rebah lantas ditutuh, yaitu dahan-dahannya dipotong supaya gampang nantinya dimakan api. Sebelumnya di sekeliling tempat yang akan dibakar itu di “landing” terlebih dahulu, yaitu dibersihkan dari kayu dan daundaun kering supaya api tidak menjalar ke hutan sekitarnya. Pembakaran dimulai dari atas angin, sehingga dengan bantuan angin api akan menjalar keseluruh lapangan. Setelah abu pembakaran tersebut dingin, biasanya pada hari kedua atau ketiga setelah dibakar, bibit padi pun mulai disemai. Menanam bibit ini ada dua cara, yaitu untuk tanah bencah atau basah, bibit padi ditaburkan ditanah. Kalau padi sudah tumbuh dan mencapai tinggi kira-kira tiga puluh centimeter, lalu di “ubah”, yaitu anak-anak padi tersebut dicabut kembali dan setelah dibersihkan akar-akarnya ditanam kembali secara teratur. Prinsipnya hampir sama dengan penanaman di sawah. Penanaman padi ini biasanya pada akhir kemarau, karena begitu padi ditanam musim hujan pun tiba. Adapun alat-alat yang digunakan, yaitu alat-alat yang terbuat dari besi, seperti mata beliung, mata parang dan mata ani-ani dibeli dipasar dan gagangnya dibuat sendiri. Lain pula halnya bagi petani karet, yang keadaannya pun sederhana juga. Umunya di Riau petani ladang jika sudah panen tanah bekas ladangnya itu ditanami karet. Sehingga daerah perladangan makin lama jadi semakin jauh, karena tanah-tanah yang dekat dengan kampung telah diisi karet. Karet yang ditanam itu dibiarkan tumbuh sendiri tanpa dirawat dan tumbuh bersama belukar. Kalau sudah mencapai umur empat atau lima tahun, yaitu saat karetnya telah boleh disadap, barulah didatangi kembali dan dibersihkan. Alat-alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet tersebut terdiri dari 1. Sudu getah, yaitu semacam talang kecil terbuat dari seng yang dipantelkan ke pohon karet untuk mengalirkan getah. 2. Mangkok getah, terbuat dari tembikar kasar, tetapi sekarang banyak digunakan tempurung kelapa. 3. Pisau getah, disebut juga “pisau toreh”, yaitu pisau untuk menorah kulit pohon, dan ada juga menyebutnya pisau lait”. 4. Ember atau kaleng, digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil getah berbentuk susu ke tempat pengolahan. WADAH ATAU ALAT-ALAT UNTUK MENYIPAN Untuk menyimpan hasil produksi terdapat alat-alat sebagai berikut 1. Kepok yaitu tempat menyimpan padi berbentuk cylinder dengan garis tengah 11/2 meter dan tinggi 1 meter. Terbuat dari kulit kayu dan disimpan di dalam rumah. 2. Sangkar ada dua maam a. Sangkar tempat penyimpan ikan, terbuat dari anak kayu yang dijalin dengan rotan dan ditendam dalam air. b. Sangkar ayam atau burung terbuat dari rotan atau anaka kayu. Ada yang diletakkan di dalam rumah dan ada pula yang digantungkan Untuk menyimpan kebutuhan sehari-hari 1. Tempayan yaitu tempat air dari tembikar 2. Labu yaitu tempat air, terbuat dari buah labu yang dikeringkan dan dibuang isinya 3. Bakul yaitu tempat bahan makanan sehari-hari terbuat dari pandan anyaman 4. Sumpit yaitu semacam karung, terbuat dari panda yang dianyam, untuk menyimpan beras, ubi kering atau sagu rending lain-lain Untuk wadah dalam rumah tangga seperti 1. Bangking yaitu tempat pakaian-pakaian halus dari kayu kapok berasal dari Cina 2. Peti besi yaitu tempat pakaian atau benda-benda lannya. 3. Peti kayu yaitu berukuran lebih besar dari peri besi, juga berasal dari Cina. Tempat menyimpan barang-barang berharga 4. Bintang yaitu terbuat dari kuningan, ada yang bundar dan ada pula yang bersegi delapan. Pakai tutup biasanya unyuk menyimpan alat-alat keperluan wanita. sumber
Tangguk merupakan alat tradisional penangkap ikan yang biasa digunakan masyarakat Melayu di Riau. Peralatan ini umumnya dibuat dari jalinan bambu, resam, dan rotan. Tangguk biasanya digunakan di tempat tertentu yang berbentuk lubuk atau rawang dengan kedalaman airnya tidak seberapa. Berbeda dengan jala atau jaring, yang bisa dipergunakan di air dalam dan tempat yang sangat luas, tangguk dikhususkan menangkap ikan di air dangkal dan tempat yang tidak seberapa luas. Secara umum, tangguk terbagi dalam dua bentuk dengan ukuran dan fungsi yang berbeda. Pertama disebut dengan tangguk pandak, terbuat dari rotan dengan yang tidak seberapa besar, biasanya bisa dipergunakan oleh satu orang saja. Kedua tangguk tali, terbuat dari benang atom/nilon dengan ketahanan dan ukuran yang disesuaikan dengan si pemakai atau si pembuat. Tangguk tali lebih besar dan ringan jika dibandingkan dengan jenis tangguk lainnya. Ketiga tangguk sedepa, terbuat dari rotan murni tanpa campuran dan bahan-bahan lain, ukuran lebar dan panjangnya 2 dan 3 kali dari ukuran tangguk pandak, dengan dua orang pemakai. Nilai-nilai simbolis yang terkandung di dalam alat ini adalah memberikan kemudahan bagi kita untuk mencari ikan, mulai dari ikan yang kecil hingga besar dapat ditangkap oleh alat ini. Namun dibalik itu, kita tidak boleh memakai sifat dari tangguk ini. Kita harus dapat memilah dan memilih mana yang hak dan mana yang batil, jangan semuanya kita tangkap. Hal ini sering menjadi kiasan ditengah-tengah masyarakat ”kamu ini sudah seperti tangguk buruk”. Makna yang terkandung dalam kiasan tersebut adalah orang tersebut sangat rakus.
Connection timed out Error code 522 2023-06-16 073912 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81650aab99b945 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran mixed farming. Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar negeri. SISTEM TEKNOLOGI PERLENGKAPAN HIDUP Sejak zaman bahari masyarakat Melayu Riau sudah memiliki bermacam cara untuk memenuhi keperluan hidup. Artinya sejak masa lampau masyarakat Melayu Riau telah menguasai teknologi. Teknologi ini diklasifikasi menjadi teknologi pertanian, pernikahan, peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan bahan makanan. Sistem teknologi yang dikuasai orang melayu menunjukkan bahwa orang Melayu kreatif dan peka dalam memfungsikan lingkungan dan sumber daya alam di sekitarnya. Orang Melayu juga tidak tertutup terhadap perubahan teknologi yang menguntungkan dan menyelamatkan mereka. Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal Masher, 1970127, yaitu cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam kehidupannya. Teknologi terutama terlihat dalam pendayagunaan potensi sumber daya yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu, teknologi merupakan satu diantara sekian banyak hasil budaya manusia dan merupakan cermin daya kreatif dalam memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai kesejahteraan hidup. Pada dasarnya keluarga masyarakat Melayu sejak zaman bahari telah melakukan beragam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat Melayu juga memiliki dan menguasai bermacam-macam teknologi, mulai dari teknologi yang menghasilkan makanan dan tumbuh-tumbuhan yang kemudian menjadi pertanian, berburu yang berkembang menjadi usaha peternakan, menangkap ikan yang berkembang menjadi usaha perikanan dengan berbagai teknologi penangkapan yang dipakai, serta cara mengangkut hasil-hasil usaha yang disebutkan diatas. Teknologi yang dikuasai masyarakat Melayu Riau antara lain membuat rumah dan atapnya yang terbuat dari daun-daunan, maupun membuat sejenis keranjang untuk mengangkut hasil pertanian yang bentuk dan jenisnya beragam. Masyarakat Melayu juga menguasai cara membuat perkakas yang dipakai sehari-hari. Cara ini masih ada dan berlanjut sampai sekarang. Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan mata pencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi mata pencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu mata pencaharian , sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis teknologi. Keragaman mata pencaharian masyarakat Melayu dibagian daratan Sumatera Riau Daratan dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat. Setiap jenis mata pencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunannya akan menampakkan teknologinya. Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumberdaya yang akan di olah, sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang sama, tapi teknologi tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan mudah diterapkan , seperti teknologi dalam pertanian. Alat-alat pertanian Pada dasarnya pertanian didaerah ini adalah pertanian dengan sistem ladang. Disamping itu ada pula usaha perkebunan karet rakyat. Alat-alat yang digunakan untuk perladangan ini sangatlah sederhananya, terdiri dari beliung, parang panjang, parang pendek atau candung, tuai atau ani-ani, bakul, lesung, dan antan alu, dan nyiru tampah. Pertanian dengan sistem ladang ini, cara pengolahan tanahnya sangat sederhana, tidak memerlukan cangkol atau pacul. Hutan yang dianggap subur, ditebang dengan menggunakan beliung dan parang. Pohon yang besar-besar ditebang dan setelah rebah lantas ditutuh, yaitu dahan-dahannya dipotong supaya gampang nantinya dimakan api. Sebelumnya di sekeliling tempat yang akan dibakar itu di “landing” terlebih dahulu, yaitu dibersihkan dari kayu dan daundaun kering supaya api tidak menjalar ke hutan sekitarnya. Pembakaran dimulai dari atas angin, sehingga dengan bantuan angin api akan menjalar keseluruh lapangan. Setelah abu pembakaran tersebut dingin, biasanya pada hari kedua atau ketiga setelah dibakar, bibit padi pun mulai disemai. Menanam bibit ini ada dua cara, yaitu untuk tanah bencah atau basah, bibit padi ditaburkan ditanah. Kalau padi sudah tumbuh dan mencapai tinggi kira-kira tiga puluh centimeter, lalu di “ubah”, yaitu anak-anak padi tersebut dicabut kembali dan setelah dibersihkan akar-akarnya ditanam kembali secara teratur. Prinsipnya hampir sama dengan penanaman di sawah. Penanaman padi ini biasanya pada akhir kemarau, karena begitu padi ditanam musim hujan pun tiba. Adapun alat-alat yang digunakan, yaitu alat-alat yang terbuat dari besi, seperti mata beliung, mata parang dan mata ani-ani dibeli dipasar dan gagangnya dibuat sendiri. Lain pula halnya bagi petani karet, yang keadaannya pun sederhana juga. Umunya di Riau petani ladang jika sudah panen tanah bekas ladangnya itu ditanami karet. Sehingga daerah perladangan makin lama jadi semakin jauh, karena tanah-tanah yang dekat dengan kampung telah diisi karet. Karet yang ditanam itu dibiarkan tumbuh sendiri tanpa dirawat dan tumbuh bersama belukar. Kalau sudah mencapai umur empat atau lima tahun, yaitu saat karetnya telah boleh disadap, barulah didatangi kembali dan dibersihkan. Alat-alat yang digunakan untuk menyadap untuk pohon karet tersebut terdiri dari 1. Sudu getah, yaitu semacam talang kecil terbuat dari seng yang dipantelkan ke pohon karet untuk mengalirkan getah. 2. Mangkok getah, terbuat dari tembikar kasar, tetapi sekarang banyak digunakan tempurung kelapa. 3. Pisau getah, disebut juga “pisau toreh”, yaitu pisau untuk menorah kulit pohon, dan ada juga menyebutnya pisau lait”. 4. Ember atau kaleng, digunakan untuk mengumpulkan dan mengangkut hasil getah berbentuk susu ke tempat pengolahan. WADAH ATAU ALAT-ALAT UNTUK MENYIPAN Untuk menyimpan hasil produksi terdapat alat-alat sebagai berikut 1. Kepok yaitu tempat menyimpan padi berbentuk cylinder dengan garis tengah 11/2 meter dan tinggi 1 meter. Terbuat dari kulit kayu dan disimpan di dalam rumah. 2. Sangkar ada dua maam a. Sangkar tempat penyimpan ikan, terbuat dari anak kayu yang dijalin dengan rotan dan ditendam dalam air. b. Sangkar ayam atau burung terbuat dari rotan atau anaka kayu. Ada yang diletakkan di dalam rumah dan ada pula yang digantungkan Untuk menyimpan kebutuhan sehari-hari 1. Tempayan yaitu tempat air dari tembikar 2. Labu yaitu tempat air, terbuat dari buah labu yang dikeringkan dan dibuang isinya 3. Bakul yaitu tempat bahan makanan sehari-hari terbuat dari pandan anyaman 4. Sumpit yaitu semacam karung, terbuat dari panda yang dianyam, untuk menyimpan beras, ubi kering atau sagu rending lain-lain Untuk wadah dalam rumah tangga seperti 1. Bangking yaitu tempat pakaian-pakaian halus dari kayu kapok berasal dari Cina 2. Peti besi yaitu tempat pakaian atau benda-benda lannya. 3. Peti kayu yaitu berukuran lebih besar dari peri besi, juga berasal dari Cina. Tempat menyimpan barang-barang berharga 4. Bintang yaitu terbuat dari kuningan, ada yang bundar dan ada pula yang bersegi delapan. Pakai tutup biasanya unyuk menyimpan alat-alat keperluan wanita.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riau, baik Riau daratan maupun Riau kepulauan, mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang. Berbagai tinggalan budaya masa lampau banyak ditemukan di wilayah provinsi itu. Dalam buku Sejarah Melayu disebut bahwa Melayu adalah nama sungai di Sumatera Selatan yang mengalir disekitar bukit Si Guntang dekat Palembang. Si Guntang merupakan tempat pemunculan pertama tiga orang raja yang datang ke alam Melayu. Mereka adalah asal dari keturunan raja-raja Melayu di Palembang Singapura, Malaka dan Johor, Minangkabau dan Tanjung Pura. Pada waktu itu sebutan Melayu merujuk pada keturunan sekelompok kecil orang Sumatera pilihan. Seiring dengan berjalannya waktu definisi Melayu berdasarkan ras ini mulai ditinggalkan. Peralatan merupakan factor penting dalam melakukan suatu aktivitas pekerjaan selain tenaga dan pikiran. Dalam masyarakat melayu ada beberap peralatan yang sering digunakan diantaranya peralatan dalam rumah tangga, alat- alat yang digunakan nelayan, alat- alat yang digunakan saat bertani atau, alat-alat yang digunakan dalam bermain musik, alat-alat yang digunakan dalam berburu. Dalam makalah ini penulis mengambil cakupan tentang alat- alat yang digunakan dalam bertani atau berkebun,. Semoga dengan makalah ini dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca mengenai alat-alat apa saja yang digunakan oleh para petani dalam melakukan aktivitasnya dalam bertaniatau berkebun. Teknologi pertanian adalah penerapan dari ilmu-ilmu terapan dan teknik pada kegiatan pertanian. Pada awalnya teknologi dibuat oleh manusia untuk mempermudah berbagai pekerjaan yang dilakukan. Dalam 100 tahun ini berbagai teknologi ditemukan oleh manusia mulai berkembang pesat, mulai dari bidang transportasi hingga informasi tidak terkecuali dunia pertanian. B. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas guru mata pelajaran Muatan Lokal MULOK serta memberikan wawasan kepada kita semua mengenai peralatan Masyarakat Melayu Riau. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan difinisi alat Alat adalah benda yang digunakan untuk mengerjakan ssesuatu yang fungsinya adalah untuk mempermudah pekerjaan. Alat disebut juga sebagai perkakas atau perabotan. Dahulukala manusia berpendapat bahwa alat identic dengan mansia. Karena hanya manusia yang mempunyai akar dan pikiran sehingga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan suatu karya cipta. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI macam-macam alat antara laian adalah 1. Alat rumah tangga, 2. Alat pertanian, 3. Alat transportasi, 4. Alat music, 5. Alat pembayaran dan alat listrik. B. Pengertian Teknologi Menurut Prayitno dalam Ilyas 2001, teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sedangkan menurut Mardikanto 1993, teknologi adalah suatu perilaku produk, informasi dan praktek- praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan atau diterapkan oleh sebagian warga masyarakat dalam suatu lokasi tertentu dalam rangka mendorong terjadinya perubahan individu dan atau seluruh warga masyarakat yang bersangkutan. Soeharjo dan Patong 1984 dalam Wasono 2008 menguraikan makna teknologi dalam tiga wujud yaitu cara lebih baik, pemakai peralatan baru dan penambahan input pada usahatani. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknologi hendaknya memiliki syarat- syarat sebagai berikut 1 teknologi baru hendaknya lebih unggul dari sebelumnya 2 mudah digunakan; dan 3 tidak memberikan resiko yang besar jika diterapkan. Mosher 1985, teknologi merupakan salah satu syarat mutlak pembangunan pertanian. Sedangkan untuk mengintroduksi suatu teknologi baru pada suatu usahatani menurut Fadholi 1991, ada empat factor yang perlu diperhatikan yaitu 1 secara teknis dapat dilaksanakan 2 secara ekonomi menguntungkan 3 secara sosial dapat diterima dan 4 sesuai dengan peraturan pemerintah. Suatu teknologi atau ide baru akan diterima oleh petani jika 1. memberi keuntungan ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan profitability; 2. teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan budaya setempat 3. kesesuai dengan lingkungan fisik physical compatibility; 4. teknologi tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan; 5. penghematan tenaga kerja dan waktu dan 6. tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan Mardikanto,1993. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat khususnya petani jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut 1 segi teknis mudah digunakan, 2 segi ekonomi dapat memberi keuntungan, dan 3 segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada/berlaku. Teknologi memegang peranan penting dalam pengembangan potensi sumberdaya tanaman pangan, sumberdaya peternakan dan sumberdaya perikanan. Teknologi yang dihasilkan dari penelitian dan pengkajian litkaji akan menjadi sia-sia jika tidak diaplikasikan di lapangan, terutama dalam upaya pemberdayaan masyarakat tani. C. Teknologi Berburu Masyarakat Melayu Riau Alat-alat yang dipakai oleh masyarakat Melayu Riau untuk berburu antara lain Lembing, Lapun, Jerat Getah Kayu, Lastik. Peralatan tersebut dipergunakan dengan cara yang berbeda, seperti yang diperkatakan berikut 1. Lembing Lembing yang seluruhnya terbuat dari besi baik mata maupun tangkainya terbuat dari besi. Lembing biasanya, digunakan untuk berburu babi dan binatang liar lainnya di hutan. Lembing terdiri atas 2 macam a. Lembing yang seluruhnya terbuat dari besi baik mata maupun tangkainya terbuat dari besi. b. Lembing yang matanya saja yang terbuat dari besi, sedangkan tangkainya terbuat dari kayu bambu panjang kira-kira 2,5 m. 2. Lapun Lapun ialah alat berupa jaring yang terbuat dari benang, rotan, atau akar. Lapun dibuat lebih besar sedikit sata dari sarang burung, ditempatkan di atas sarang burung, dan diberi tali atau benang panjang sebagai alat penarik atau penyentak dari jauh. Lapun biasanya digunakan untuk menangkap burung. 3. Jerat Jerat ialah alat penangkap binatang yang terbuat dari tali, rotan, atau akar yang dibentuk melingkar di atas tanah atau di atas dahan kayu tempat hewan selalu melintas. Jerat juga diberi tali panjang sebagai alat penarik atau penyentak. Jerat ini juga dipergunakan untuk menangkap ayam. Jerat juga dapat dibuat dari bambu atau kayu yang memiliki daya pegas. Jerat seperti ini digunakan untuk menangkap Tupai atau kera. Biasanya, Jerat juga menggunakan tali yang dibentuk melingkar untuk menjerat mangsa. Kayu atau bambu, biasanya melenting bila diinjak bagian tertentu dan akan menyentak tali melingkar tadi sehingga menjerat mangsanya. 4. Getah Kayu Getah Kayu ialah alat yang dipergunakan untuk menangkap burung. Getah yang dipergunakan biasanya getah pulai. Getah ini diolah sedemikian rupa sehingga memiliki daya lekat yang kuat. Getah dioles di sebuah lidi ijuk dan dipasang di atas ranting kayu tempat burung biasa mencari makan, minum atau sekedar tempat beristirahat. 5. Lastik Ketapel Ketapel dapat juga digunakan sebagai alat berburu burung. Lastik terbuat dari karet gelang maupun karet dan bekas yang dipotong menurut ukuran yang sesuai. Karet ini dubuat pada kayu bercabang dua yang befungsu sebagai tangkai Lastik. Pada bagian lain, karet diikat pula pada potongan kulit sepatu bekas yang berfungsi sebagai tempat peluru. D. Teknologi Berdagang Masyarakat Melayu Riau Beberapa ciri atau tanda Masyarakat Melayu Riau dalam berdagang yakni berprilaku disiplin, jujur, tekun dan santun; mengambil risiko dengan penuh perhitungan; memiliki daya kreasi, motivasi dan imajinasi; hidup efisien dan tidak tidak boros; mampu memotivasi orang lain untuk saling bekerjasama; mampu menganalisis kesempatandan melihat peluang-peluang untuk pengembagna usaha. Meredith menjelaskan ciri-ciri wirausaha yakni; percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil risiko, kepemimpinan, keorisinilan dan berorientasi kemasa depan. Ada beberapa peralatan yang digunakan oleh Masyarkat Melayu Riau diantaranya Kewirausahaan dalam budaya Melayu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan masyarakat. Kebiasaan berdagang dan berjual beli tidak hanya dilakukan Raja atau Sultan tetapi juga oleh masyarakat. Pada masanya Sultan berdagang ke Singapore, Johor dan Semenanjung Melaka dengan membawa hasil alam termasuk hasil produksi masyarakat hingga keberbagai mancanegara. Kebiasaan berdagang dan berjual beli telah lama tertanam dalam masyarakat Melayu, terutama dilakukan di daerah pesisir dan sungai yang merupakan urat nadi perekonomian masyarakat. Bahkan diawali melalui perdagangan barter sampai dengan perdagangan dengan menggunakan mata uang. Nilai-nilai kewirausahaan ditunjukkan oleh sang pemimpin terhadap rakyatnya, artinya masyarakat tidak hanya menanam, berproduksi dan menghasilkan sesuatu tetapi lebih dari itu harus mampu menjual hingga sampai kengeri orang lain. Falsafah inilah yang melandasi bahwa orang Melayu itu pandai berdagang, melaut dan berlayar hingga sampai ke Madagaskar. Bakat dan mental dagang dalam masyarakat Melayu telah ada sejak dahulu hingga sekarang ini sehingga disebut sebagai bangsa ”Peniaga”, artinya sudah ada bakat dan mental kewirausahaan yang tertanam, sehingga kalau adanya ungkapan yang mengatakan bangsa Melayu itu ”Pemalas”, sangat bertentangan dengan adat istiadan melayu. Beberapa alat yang digunakan dalam berdagang diantaranya Dacing adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat suatu barang. Alat yang terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat suatu barang. Gantang adalah alat yang digunakan untuk menakar volume beras. Dari segi bahannya, alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kayu yang dijadikan alat ini adalah kayu yang keras tetapi seratnya lembut. Dan, kayu itu oleh masyarakat setempat disebut padero. Kayu tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga berbentuk bulat lonjong dengan tinggi sekitar 1,5 cm dan lebar “mulutnya” berdiameter 10 cm. Sedangkan, gantang yang terbuat dari logam dapat diperoleh dengan mudah karena telah diproduksi oleh pabrik. Gantang logam ini disamping mudah didapat tetapi juga tahan lama. Oleh karena itu, gantang kayu sudah mulai ditinggalkan. E. Teknologi Berkebun Masyarakat Melayu Riau a. Cangkul atau Pacul adalah satu jenis alat pertanian tradisional yang digunakan dalam proses pengolahan tanah pada lahan pertanian. Cangkul digunakan untuk menggali ataupun untuk meratakan tanah. Alat ini merupakan elemen penting dalam bidang pertanian terutama pertanian ladang kering. Cangkul dibuat dari baja sehingga alat ini sangatlah kuat Cangkul adalah alat untuk menggali tanah dan membalik tanah, yang terbuat dari lempengan besi dan diberi tangkai disebut hulu cangkul dari kayu sebagai pegangan, yang panjangnya kira- kira 100 -180 cm. Bagian sebelah bawah lempengan besi cangkul ditajamkan dan disebut mata cangkul. b. Cakar Ayam adalah alat yang biasa digunakan untuk menguraikan sampah-sampah. Alat ini sangat berguna bagi mereka yang bekerja di tempat pembuangan sampah. Dengan alat cakar ayam ini akan memudahkan dalam memilah-milah sampah. Alat ini sama fungsinya dengan garuk sampah, tetapi bentuk dan juga kekuatannya berbeda. Alat cakar ayam ini terbuat dari besi sehingga alat ini jauh lebih kuat dan lebih awet dibandingkan dengan garuk sampah yang hanya terbuat dari lempengan drum. Nama cakar ayam sendiri dipakai karena bentuk dari alat ini yang menyerupai cakar ayam yang berupa tiga jari. Untuk bagian pegangannya juga menggunakan garan dari kayu agar mudah dalam penggunaanya. c. Alat pengerat atau pemotong yang terbuat dari bilah besi yang agak tebal bagian sebelah bawahnya untuk mengerat atau memotong disebut mata parang diasah sehingga tajam, sedangkan bagian atasnya disebut punggung parang tidak diasah sehingga tetap tebal tumpul. d. Parang juga diberi tangkai atau hulu sebagai pegangan yang terbuat dari kayu, tetapi hulunya pendek saja lebih kurang segenggaman lebih yang dibentuk agak bengkok ujungnya agar tidak lepas ketika dipegang. e. Kampak atau Kapak adalah alat yang biasa digunakan untuk memilah kayu ataupun menebang pohon yang berukuran kecil maupun besar. Kampak ini terbuat dari besi baja sehingga sangatlah kuat untuk menebang pohon. Bentuk dari alat kampak ini yaitu berupa lempengan landepan pada bagian utamanya. Sementara pada bagian kepala terdapat lubang untuk dipasang garan. f. Arit atau sabit adalah satu alat bantu pertanian sejenis pisau berbentuk melengkung yang digunakan untuk memotong berbagai jenis tumbuhan, rumput-rumputan, padi, jagung bahkan alat ini biasa digunakan untuk memotong kayu. Bagian dalam dari lengkungan berbentuk tajam, bentuk lengkung ini memudahkan dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi tangan yang lain biasanya memegang pokok tanaman yang akan di tebas. Alat pertanian arit ini terbuat dari besi baja sehingga tidak akan peyok saat digunakan. Pada bagian pegangan arit atau sabit ini terbuat dari kayu yang disebut garan. Dengan di pasangnya garan ini akan memudahkan dalam penggunaannya sekaligus lebih enak untuk dibawa. g. Gathul adalah alat pertanian byang digunakan untuk melubangi tanah pada saat petani menanam kacang, padi, jagung dan lain-lain. Gathul merupakan alat yang sangat penting untuk para petani lading tanah kering. Karena alat ini merupakan bagian tak terpisahkan bagi para petani terutama pada daerah ladang. Selain itu gathul juga berfungsi untuk mencabuti rumput- rumput liar yang bisa mengganggu tumbuhnya tanaman petani. Gathul ini ada yang terbuat dari baja dan ada juga yang terbuat dari besi biasa. Sementara untuk bentuk alat ini yaitu terdiri dari bagian utama, bagian tangkai, dan bagian pegangan. Pada bagian utama yaitu berupa lembaran daun besi, pada bagian tangkai menghubungkan anatara bagian utama dengan bagian pegangan. Dan pada bagian pegangan itu sendiri dengan menggunakan pegangan atau garan yang terbuat dari kayu. h. Pengait rumput adalah alat yang dibuat dari ranting kayu yang tidak mudah patah. i. Parang panjang adalah alat yang digunakan untuk menebas rerumputan liar di perkebunan kelapa, persawahan, perladangan dan lain-lain. F. Teknologi Bertani Masyarakat Melayu Riau Adapun beberapa peralatan yang digunakan Masyarakat dalam bertani anatara lain 1. Galah adalah alat yang dipakai petani untuk merebahkan batang padi agar mudah dituai. Galah terbuat dari bambu yang dipotong sepanjang 3-5 meter, lalu dibersihkan ranting-ranting serta dihaluskan ruas-ruasnya. 2. Tuai atau ani-ani adalah alat untuk memotong tangkai padi saat dipanen. Tuai terbuat dari kombinasi beberapa bahan, antara lain besi untuk mata tuai, papan kayu untuk badan tuai, dan bambu untuk gagang tuai. Panjang gagang tuai 6 cm, badan tuai 14 cm, dan mata tuai 5 cm. Bentuk tuai mirip seperti seekor burung yang memiliki dua kepala. 3. Jangki adalah alat berbentuk keranjang yang digunakan untuk mengangkut padi seusai dituai panen. Bagian atas jangki berukuran 70 cm dan dibuat lebih besar daripada bagian bawahnya yang tertutup. Sementara tinggi jangki berukuran sekitar 105 cm. Jangki dibuat dari rotan yang dibelah-belah lalu dianyam. Agar tidak mudah rusak, pada bagian samping, atas, dan bawah jangki dilapisi bilah kayu di keempat sudutnya. Salah satu sisi badan jangki dipasang tali yang berfungsi untuk mengalungkan ke punggung. 4. Karung goni adalah karung yang biasa digunakan untuk tempat gula pasir atau beras. Karung goni diperoleh petani dengan cara membeli. Karung ini digunakan sebagai tempat padi setelah dituai panen. 5. Gerobak adalah alat untuk mengangkut padi. Di Jambi, gerobak juga disebut pedati. Angkutan tradisional beroda dua ini ditarik oleh sapi atau kerbau. Gerobak terbuat dari bahan kayu, mulai dari roda, tali kekang, badan gerobak, hingga penghubung antara badan dengan leher sapi. Panjang gerobak kurang lebih 250 cm, sedangkan badan gerobak 100 cm. 6. Bilik lumbung/belubur adalah bangunan berbentuk rumah tempat menyimpan padi setelah dipanen untuk jangka waktu lama. Bilik di Jambi beratap seng yang bertujuan agar matahari terus mengeringkan padi di dalamnya. Dinding dan tiang bilik terbuat dari kayu meranti. Lantainya dari papan. Lebar bilik kurang lebih 2-3 meter dengan bagian bawah agak mengecil. 7. Seput, sumpitan, atau semput adalah alat berburu sekaligus permainan tradisional masyarakat Melayu. 8. Tajak adalah sejenis alat yang digunakan untuk menebas rerumputan hingga ke akar-akarnya. 9. Jebak adalah perangkap yang dibuat untuk menangkap binatang seperti burung, biawak, musang, landak dan lain-lain. Jebak biasanya dibuat dari rotan atau bambu yang dibelah dengan ukuran kecil, lalu dianyam sesuai dengan yang diinginkan. 10. Dacing adalah alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang berat suatu barang. Alat yang terbuat dari perunggu ini digunakan oleh para pedagang untuk menimbang berat suatu barang. 11. Gantang adalah alat yang digunakan untuk menakar volume beras. Dari segi bahannya, alat ini ada yang terbuat dari kayu dan ada yang terbuat dari logam. Kayu yang dijadikan alat ini adalah kayu yang keras tetapi seratnya lembut. Dan, kayu itu oleh masyarakat setempat disebut padero. Kayu tersebut dibuat sedemikian rupa, sehingga berbentuk bulat lonjong dengan tinggi sekitar 1,5 cm dan lebar “mulutnya” berdiameter 10 cm. Sedangkan, gantang yang terbuat dari logam dapat diperoleh dengan mudah karena telah diproduksi oleh pabrik. Gantang logam ini disamping mudah didapat tetapi juga tahan lama. Oleh karena itu, gantang kayu sudah mulai ditinggalkan. 12. Kaleng juga dapat dipakai untuk menakar volume beras. Namun, jarang yang melakukannya. Kebanyakan kaleng dipakai untuk menakar kacang tanah, jagung dan cabe giling. Ukuran kaleng beraneka ragam, namun bentuknya sama, yaitu persegi panjang kotak. Kaleng yang terbesar kira-kira berukuran 30 x 30 x 50 cm. Cara memperolehnya adalah memanfaatkan kaleng bekas tempat minyak sayur, roti kering, kapur/gamping sirih, atau tempat barang-barang lain yang memakai bahan dari kaleng/seng yang berbentuk kotak. 13. Cupak adalah alat yang digunakan untuk menakar atau menentukan volume suatu barang yang berbutir beras, kedelai, kacang tanah dan lain-lain. Alat ini dibuat dari tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan. Cupak juga sering digunakan untuk mengeluarkan beras dari karung ke gantang, namun beras yang dimasukkan ke dalam cupak ini jumlahnya relatif kecil. Selain untuk alat takar, cupak juga digunakan oleh para ibu rumah tangga untuk mengukur/menakar beras yang akan ditanak. 14. Canting fungsinya sebenarnya sama dengan cupak, yaitu alat untuk menakar beras. Bedanya, jika cupak terbuat dari tempurung kelapa, maka canting terbuat dari seng kaleng bekas produk susu. Cara membuatnya adalah dengan memotong salah satu bulatan di ujung kaleng, lalu dibersihkan dan jadilah alat yang disebut sebagai canting. Alat ini dinilai lebih praktis ketimbang cupak. Oleh karena itu, cupak sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan. 15. Taning adalah tali yang terbuat dari ilalang atau kulit bambu yang diikatkan pada buah-buahan yang dipetik dengan tangkainya rambai, petai, rambutan dan lain-lain. Jadi taning dapat berarti ikat. Contohnya, satu taning rambai berarti satu ikat rambai, satu taning petai berarti satu ikat petai. Dalam satu taning terdiri dari 5-10 tangkai buahan-buahan. G. Teknologi Bahari Masyarakat Melayu Riau Kata bahari mempunyai dua pengertian. Pertama, bahari yang berarti zaman kuno ancient, yang semasa dengan masa adanya catatan sejarah sampai pada masa kemaharajaan Roma 467 A. P. Wojowasita dan Poerwadarminta, 1974 atau sesuatu yang terkenal dan/atau sudah tidak penting lagi pada akhir-akhir ini, tetapi ada sejak masa lalu Websters, 1966. Kedua, bahari ditafsirkan dari akar kata bahasa Arab yang banyak mempengaruhi bahasa Melayu, yaitu bahari yang berarti laut atau sungai besar. Dalam tulisan ini pengertian yang dipakai ditekankan pada yang pertama, walaupun dalam pembahasannya pengertian yang kedua akan tercakup. Teknologi bahari yang dimaksud di sini adalah teknologi yang dipakai oleh masyarakat Melayu Riau dalam mendayagunakan sumber daya alam yang ada di sekitarnya untuk mencapai keperluan hidupnya sejak zaman kuno. Di antara teknologi tersebut ada yang masih digunakan hingga hari ini. Terdapat anggapan bahwa beberapa peralatan dan matapencaharian khas yang masih ditemukan dalam masyarakat Melayu Riau sekarang ini berasal dari masyarakat Melayu bahari. Bukti lain menunjukkan bahwa ditinjau dari segi matapencahariannya, suatu keluarga Melayu bahari jarang sekali bergantung pada satu macam matapencaharian, sehingga mereka tidak bergantung pada satu jenis teknologi. Dengan cara hidup yang demikian mereka tidak terikat pada satu sumber ekonomi, sehingga selalu ada teknologi cadangan atau matapencaharian lain yang berperan sebagai cadangan Mubyarto, 1979 243. Namun hal itu mengakibatkan tidak berkembangnya spesialisasi pekerjaan, sehingga teknologi yang ada tidak meningkat pesat. Keragaman matapencaharian masyarakat Melayu di bagian daratan Sumatera Riau Daratan dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman teknologi yang ada dalam masyarakat. Hamidy 1983 memperkenalkan istilah tapak lapan yang berarti delapan matapencaharian masyarakat Melayu di Rantau Kuantan. Adapun kedelapan matapencaharian itu adalah 1 beladang berladang, menanam padi di ladang dan sawah; 2 bakobun berkebun getah, tanaman muda, dan palawija; 3 bataronak beternak, memelihara binatang ternak; 4 mengusahakan niro mengambil air nira dari batang enau; 5 batukang bertukang; 6 baniago berniaga; 7 bapakarangan, mempunyai peralatan menangkap ikan, menjadi nelayan; dan 8 mendulang emas Hamidy, 1982 18-25. Setiap jenis matapencaharian biasanya mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunaannya akan menampakkan teknologinya. Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh lingkungan dan sumber daya yang akan diolah, sehingga lahir berbagai teknologi. Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang sama, tetapi teknologi tersebut tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan mudah diterapkan, seperti teknologi dalam pertanian. Teknologi untuk menghasilkan padi misalnya, bermula dari ladang berpindah di pinggir sungai jauh dari desa, yang berkembang menjadi ladang baruh ladang dekat desa. Kemudian karena alasan pertambahan penduduk, pembangunan pemukiman, dan untuk menghindari banjir, mereka melakukan ladang kasang ladang tegalan, dan bila pengairan memungkinkan, akhirnya berkembang menjadi sawah. Untuk menghasilkan padi, mereka tentu harus mengupayakan alat dan cara mengolah lingkungan tersebut, dan pada akhirnya menghasilkan teknologi sendiri. Alat yang diperlukan dalam ladang berpindah hanya lading parang, beliung, api, tajak, tuai, ketiding, dan kopuk untuk mengangkat dan menyimpan padi, sedangkan pada ladang baruh diperlukan sabit, cabak, garo, tembilang, ajak, tuai, kembut, dan rangkiang. Dengan diperkenalkannya tanaman baru seperti karet, jagung, ubi kayu, ubi jalar, cengkih, dan sebagainya, teknologi yang dimiliki orang Melayu kemudian semakin berkembang dan beraneka ragam. Hanya saja penelitian tentang proses dan mekanisme perkembangan, serta sejauh mana proses perubahan tersebut dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Melayu sejak zaman bahari masih sangat langka. Secara sederhana, teknologi bahari yang dimiliki masyarakat Melayu Riau dapat dikelompokkan dalam bidang teknologi pertanian, perikanan, peternakan, pertukangan, perkapalan, pertambangan, dan pengolahan makanan. Dalam pertanian dikenal teknologi berladang dan cara pengolahan tanah tebas, tebang, bakar porun. Teknologi ini merupakan teknologi bahari yang paling menonjol. Ternyata cara pengolahan tersebut tetap dipakai dalam usaha perkebunan kelapa sawit dan perkebunan lainnya yang sedang digalakkan di Riau saat ini. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peralatan merupakan factor penting untuk melakukan suatu aktivitas atau suatu pekerjaan. Untuk itu peralatan tidak hanya harus dipakai terus menerus tanpa memperhatikan kondisinya. Peralatan juga harus terus dijaga atau dirawat, agar ketahanan dari alat-alat tersebut lebih lama. B. Saran Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik beserta saran agar penulis bias memperbaiki makalah penulis dilain kesempatan.
peralatan mata pencaharian masyarakat melayu riau